Sunat Perempuan

Kaysa ini ga gw sunat lho. Karena baca berbagai referensi dan hadits apalagi bacaan medis akhirnya kita mutusin ga sunat Kaysa karena memang sunat secara medis ga ada manfaatnya bagi wanita.

Nah kemarin nemu bacaan di web temen yang dokter. Baguuuusss.. dan ada bahasan secara Islamnya juga. Dari dulu kek Nul nulis begini. Haha.. dulu gw sampai baca2 di milissehat sendiri lanjut googling hadits2nya. Enjoy ya..

Kontroversi Sunat Perempuan 06/23/2014 2 Comments   Halo moms, kali ini kami akan mencoba membahas mengenai sunat perempuan. Berbeda dengan sunat laki-laki, sunat perempuan tidak menjadi prosedur rutin dalam dunia kedokteran. Bahkan pelaksanannya menimbulkan kontroversi di kalangan praktisi kesehatan karena disinyalir memiliki resiko yang lebih tinggi daripada manfaatnya. Alasan mengkhitan perempuan ialah sebab tradisi atau agama. Faktanya, banyak sekali moms yang mengalami dilema untuk menyunat anak perempuannya karena menganggap prosedur ini membahayakan tetapi dianjurkan oleh agama. Salah satu agama yang menganjurkan untuk menyunat anak perempuan adalah agama Islam. Tetapi metode sunat perempuan seperti apakah yang dianjurkan oleh agama Islam dan benarkah cara ini membahayakan? WHO menggolongkan sunat perempuan dalam Female Genital Mutilation yang praktiknya dilarang. Tetapi samakah sunat dalam Islam dengan pemotongan alat kelamin wanita (Female Genital Mutilation)? Mari kita simak ulasannya. Definisi Sunat Perempuan Menurut Islam Para ulama sepakat bahwa sunat perempuan diartikan sebagai pemotongan sebagian kecil kulit bagian atas faraj (vagina) perempuan. Berbeda dengan lelaki, khitan bagi perempuan tidak perlu membuang keseluruhan kulit tetapi cukup sebagian kecil saja (Fatwa Ulama Kerajaan Malaysia & JAKIM, 2009). (1) Ibnu Hajar Al-Asqalani menyebutkan khitan untuk wanita adalah dengan memotong kulit yang menutupi klitoris tanpa membuang keseluruhannya. Muhammad Ali Qutub juga menyebut kawasan yang sama yang dibuang sewaktu dikhitankan di mana kulit itu disebut sebagai frenulum (foreskin). (1) Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebut sunat perempuan bersifat makrumah (ibadah yang dianjurkan). Tata cara pelaksanaan khitan perempuan menurut ajaran Islam adalah cukup dengan menghilangkan selaput yang menutupi klitoris. (2) Landasan Hukum Sunat Perempuan Menurut Islam Berdasarkan ilmu fiqih, terdapat perbedaan pendapat terkait hukum khitan (sunat) dikalangan para ulama : Para ulama Hanafi dan Maliki mengatakan bahwa khitan disunnahkan bagi laki-laki dan mulia bagi wanita, sebagaimana hadits Rasulullah saw,”Khitan disunnahkan bagi kaum laki-laki dan mulia bagi kaum wanita.” (HR. Ahmad Baihaqi) Sedangkan para ulama Syafi’i dan Hambali mewajibkan khitan baik pada laki-laki maupun wanita berdasarkan sabda Rasulullah saw kepada seorang yang masuk islam,”Cukurlah rambut tanda kekufuran dan berkhitanlah.” (HR. Abu Daud) Namun bagi MUI, hukum khitan perempuan adalah makrumah atau ibadah yang dianjurkan. (1, 2) Female Genital Mutilation vs Sunat Perempuan dalam Islam Penggunaan istilah sunat perempuan/female circumcision dengan sunat perempuan Islami mengalami kerancuan. Faktanya, semua tindakan ini disamakan dengan sunat dan Female Genital Mutilation oleh WHO. Istilah pemotongan alat kelamin perempuan (Female Genital Mutilation/Female Genital Cutting) mulai populer ditahun 1980-an menggantikan istilah sirkumsisi perempuan (Female circumcision).(3) Menurut WHO, makna dari Female Genital Mutilation/Cutting (FGM/FGC) ialah seluruh prosedur yang melibatkan pengangkatan sebagian atau seluruh kelamin perempuan luar atau luka lain pada kelamin perempuan untuk alasan non medis. FGM dibagi menjadi 4 jenis : Clitoridectomy : pengangkatan sebagian atau seluruh organ klitoris (organ kecil, sensitif dan bersifat erektil pada kelamin wanita) dan , pada kasus yang sangat jarang, hanya melibatkan prepucium (lipatan kulit kecil di sekitar klitoris) Eksisi : pengangkatan sebagian atau seluruh klitoris dan labia minora, tanpa atau dengan eksisi labia majora (bagian seperti bibir yang mengelilingi vagina) Infibulasi : pemotongan bagian atau seluruh alat kelamin luar disertai penjahitan/penyempitan lubang vagina Lain-lain: semua prosedur yang membahayakan kelamin perempuan untuk tujuan non-medis seperti tindik, menyayat, mengkauter alat kelamin. (4) WHO menegaskan bahwa tidak ada manfaat medis dari FGM dan prosedur ini dapat berbahaya. Komplikasi dini dari FGM ialah nyeri hebat, shock, pendarahan, tetanus atau sepsis (infeksi bakteri), retensi urin, luka terbuka pada kelamin dan jaringan sekitarnya. Sedangkan efek samping jangka panjang meliputi infeksi berulang kandung kemih dan saluran kencing, kista, infertilitas, meningkatnya resiko komplikasi persalinan dan kematian anak dan perlunya operasi perbaikan vagina (misalnya operasi pembukaan dari prosedur FGM yang menutup/mempersempit vagina saat akan berhubungan seksual atau persalinan). Jadi, jelas sekali bila dari segi medis tindakan FGM ini tidak dianjurkan.(3) Samakah Sunat Perempuan (Islami) dengan FGM? Bila dilihat dari definisi dan prinsip prosedur, terdapat salah kaprah dari istilah sunat perempuan secara Islami dengan mutilasi kelamin perempuan (Female Genital Mutilation). Fatwa dari Majelis Ulama Malaysia menyebutkan bahwa prosedur pada umumnya FGM bertentangan dengan syariah karena sunat perempuan dalam Islam tidak boleh dilakukan tindakan berlebihan seperti melukai klitoris. Hal ini sejalan dengan Fatwa MUI yang menegaskan batasan atau tata cara khitan perempuan seusia dengan ketentuan syariah, yaitu khitan perempuan dilakukan cukup dengan hanya menghilangkan selaput (jaldah atau praeputium) yang menutupi klitoris; dan khitan perempuan tidak boleh dilakukan secara berlebihan, seperti memotong atau melukai klitoris (insisi dan eksisi). (1, 2) Menurut Kementrian Kesehatan, sunat perempuan di Indonesia dinilai tidak sama dengan FGM dan hanya bersifat simbolis. Hal ini yang melandasi pencabutan larangan sunat perempuan yaitu Surat Edaran No HK.00.07.1.3.1047a tahun 2006. Saat ini sunat perempuan diatur jelas di Permenkes No 1636/2010 mengenai batas-batas tindakan sunat dan prosedur sunat perempuan yang aman. (5) Manfaat Sunat Perempuan Islami Sampai saat ini penulis belum menemukan bukti ilmiah atau penelitian tentang manfaat sunat perempuan secara Islami meskipun dari segi kepercayaan agama disebutkan bahwa sunat perempuan dapat meningkatkan kepuasan seksual. Kementrian Kesehatan sendiri mengatakan bahwa sunat perempuan lebih didasari oleh pertimbangan adat dan agama, bukan merupakan tindakan medis.(4, 5) Prosedur Sunat Perempuan Islami MUI menegaskan batasan atau tata cara khitan perempuan seusia dengan ketentuan syariah, yaitu khitan perempuan dilakukan cukup dengan hanya menghilangkan selaput (jaldah atau praeputium) yang menutupi klitoris; dan khitan perempuan tidak boleh dilakukan secara berlebihan, seperti memotong atau melukai klitoris (insisi dan eksisi). (2, 5) Agar tindakan ini dilakukan secara aman, Kemenkes mengatur sunat perempuan dalam Permenkes. Berdasarkan Permenkes No 1636/2010, sunat perempuan hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu (dokter, perawat dan bidan) dalam prosedur yang steril. Adapun tahapan prosedur sunat perempuan ialah :(6) Penjelasan prosedur dan persetujuan tindakan oleh pasien/wali. Persiapan ruangan dan alat. Sunat dilakukan di ruangan yang bersih dan berpencahayaan cukup serta menggunakan alat-alat yang steril. Petugas medis juga menggunakan sarung tangan steril. Pasien berbaring dan kaki direntangkan secara hati-hati Alat kelamin dibersihkan dengan cairan povidon iodine 10% menggunakan kain kasa Kulit yang menutupi bagian depan klitoris (frenulum klitoris) digoreskan dengan menggunakan ujung jarum steril sekali pakai berukuran 20-22G dari sisi mukosa sampai ke arah kulit tanpa melukai klitoris.  Cuci ulang daerah tindakan dengan povidon iodine 10% Perlu diketahui bahwa sunat perempuan tidak boleh dilakukan dengan metode kauterisasi, merusak klitoris, labia, selaput dara dan vagina baik sebagian maupun seluruhnya. (6) Jadi, Perlukah Melakukan Sunat Pada Perempuan (secara Islami)? Perlu tidaknya dilakukan sunat dikembalikan keputusan sepenuhnya oleh perempuan itu sendiri, orang tua dan atau wali. Sampai saat ini memang belum ditemukan manfaatnya secara medis. Hal ini mendorong peneliti atau tenaga medis untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat dan resiko sunat perempuan secara Islami. Perlu diingat bahwa tindakan pemotongan alat kelamin wanita (Female Genital Mutilation/Cutting) sangat tidak dianjurkan dari segi kesehatan dan tidak sesuai syariah. Tindakan yang sesuai syariah adalah penyayatan kulit penutup klitoris tanpa melukai klitoris itu sendiri. Supaya meminimalisir resiko infeksi dan trauma, tindakan sunat perempuan harus dilakukan oleh tenaga medis profesional secara steril. Penting sekali untuk mengkonsultasikan dan memeriksakan perempuan yang akan disunat ke dokter. Hal ini dikarenakan kondisi yang tidak diperbolehkan untuk sunat perempuaan seperti infeksi saluran kelamin. Agustina Kadaristiana, dr. Daftar Pustaka : Hukum Pemotongan Genitalia Wanita (Female Genital Mutilation)2009. Available from: http://www.e-fatwa.gov.my/fatwa-kebangsaan/hukum-pemotongan-genitalia-wanita-female-genital-mutilation. Pizaro. MUI: Hukum Khitan Perempuan Adalah Makrumah2013. Available from: http://www.islampos.com/mui-hukum-khitan-perempuan-adalah-makrumah-2-39810/. FGM is Not Female Circumcision, and Other Thoughts on Terminology.2013. Available from: http://give.theahafoundation.org/blog-0/bid/151562/FGM-is-Not-Female-Circumcision-and-Other-Thoughts-on-Terminology. WHO. Female Genital Mutilation, Fact and Sheet.2014. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs241/en/. BKKBN. Permenkes tentang Sunat Perempuan Dicabut2014. Available from: http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=1000. PERMENKES NO. 1636/MENKES/PER/XI/2010 tentang Sunat Perempuan, (2010).

sumber dari sini: http://mommies911.weebly.com/kesehatan-anak/kontroversi-sunat-perempuan

Nah pertanyaan selanjutnya pas zaman Kay bayi itu dokter2 dilarang nyunat perempuan oleh Kemenkes sejak 2010. terus kalau gw akhirnya nyunat Kay ke dokter mana ya? terus mereka ada sanksinya ga?

Dijawab oleh Tina alias Tinul kalau Permenkes  No 1636/2010 tentang pelarangan Sunat Perempuan dicabut pada 6 februari 2014, melalui Permenkes No 6/2014. Jadi sekarang sunat perempuan dah ga dilarang tapi diatur prosedurnya supaya dilakukan sana tenaga profesional dengan cara yang aman.

Nah sampai sekarang masih galau Kay perlu disunat apa ga. belum discuss juga sih sama Ompimpa. Btw di website ini bagus2 lho. selamat belajar..